Go To Hell Gates

Gates NuclearKedatangan Bill Gates ke Indonesia pada April 2014 ini tak bisa dilepaskan dari berbagai kepentingan bisnis. Diantaranya adalah membahas kembali salah satu poin krusial dalam MoU yang dibuat pada kunjungan Gates ke Indonesia 2006 silam. Isi dari MoU tersebut tersebut adalah pemerintah akan membeli lisensi 117.480 Microsoft Office dan 35.496 Microsoft Windows, yang tentu tanpa tender. Nilai lisensi yang harus dibayar pemerintah Indonesia sekitar Rp 300 milyar. Microsoft menekan Indonesia dengan tuduhan sebagai negara pembajak terbesar ketiga setelah Zimbabwe dan Vietnam. Penandatanganan MoU ini tentu mengagetkan dengan memperhatikan beberapa hal diantaranya MoU ini ditandatangani ketika pemerintah melalui Menteri Riset dan Teknologi, sedang giat melaksanakan Program IGOS (Indonesian Go Open Sources). Salah satu program IGOS adalah mengembangkan program-program berbasis open source, termasuk di dalamnya software yang memiliki fungsi yang sama dengan microsoft windows (operating system) dan microsoft office (yang sudah dikenal adalah open office).
Dengan adanya MoU dengan Microsoft, ini artinya sama dengan penghancuran pelan-pelan program IGOS. Perjanjian tersebut juga pelan-pelan menutup peluang software alternatif untuk digunakan di beberapa instansi pemerintah. Mematikan kreativitas pembuat software nasional. Merugikan masa depan perkembangan teknologi software nasional.
MoU ini akan membuat pemerintah semakin tergantung dengan penggunaan software dari Microsoft. Apalagi ada hal yang aneh ketika melihat salah satu isi MoU yaitu terikatnya paket hibah lisensi tersebut hanya pada komputer personal (PC) dengan jenis prosesor (CPU) maksimal Pentium III. Maksudnya, jika komputer yang digunakan oleh institusi pemerintah adalah lebih tinggi daripada Pentium III atau yang setara, maka paket lisensi tersebut tak berlaku.

Kedatangan Bill Gates ke Indonesia juga memiliki kaitan dengan problem penggunaan energi Nuklir. Kedatangannya akan dibarengi dengan peresmian kerjasama dengan BATAN, perusahaan negara di bidang teknologi nuklir. Kerja sama ini memanfaatkan program Bill Gates untuk mendanai para ahli nuklir dunia dalam mendesain reaktor nuklir baru tanpa limbah.
Potensi keberadaan pembangkit energi tenaga nuklir di Indonesia ini tentu berbahaya, tidak hanya secara teknologi tetapi juga problem sosial ekonomi. Kecelakaan dapat terjadi di reaktor manapun, yang dapat menimbulkan terjadinya pelepasan radiasi mematikan dalam jumlah besar terhadap lingkungan. Kecelakaan-kecelakaan di dalam industri nuklir telah terjadi jauh sebelum bencana Chernobyl. Belum lagi jika kita mengingat kebocoran nuklir di Jepang pasca gempa bumi tahun 2007.
Dan pemerintah Indonesia tampaknya tak mau ambil pusing dengan resiko yang bisa ditanggung dari kebocoran nuklir, padahal kita tahu pasti bagaimana kinerja birokrasi kita dalam memelihara fasilitas energi strategis yang lebih sepele seperti perawatan dan penjaminan kualitas Listrik Negara atau kualitas air minum yang hingga kini masih menyimpan catatan-catatan kekacauan. Apalagi nuklir?

info terkait
http://inet.detik.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/12/tgl/18/time/082059/idnews/721067/idkanal/408
http://arijuliano.blogspot.com/2007/01/mou-microsoft-dan-pengkhianatan.html
http://www.tempo.co/read/news/2014/03/13/090561788/Bangun-Pembangkit-Nuklir-Batan-Gandeng-Bill-Gates
Download poster>>
Gates Nuclear download

Leave a comment